Sumbawa, RumahInformasiSamawa.com – Tidak bisa dipungkiri dan harus diakui bahwa masyarakat midern saat ini telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi diberbagai bidang sehingga mampu memberikan alternatif bagi penyelesaian berbagai masalah dalam kehidupannya. namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cendrung mengakibatkan dekadensi moral ditengah-tengah masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu psat saat ini, terutama teknologi informasi yang sudah memasuki tekhnologi 5.0 dan tekhnologi ini yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk di Indonesia, diikuti oleh gejala dekadensi moral yang benar-benar berada pada taraf yang memprihatinkan. Perbuatan-perbuatan baik seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, tepo seliro (toleransi), saling mengasihi dan solidaritas sosial yang selama ini kita kenal dan lakukan sudah mulai terkikis serta ditinggalkan oleh masyarakat yang lebih mementingkan kehidupan pribadinya tanpa memperdulikan sejkitarnya, yang paling nyata ketika kita berkumpul dalam satu komunitas jarang lagi diselingi oleh canda tawa dan digantikan dengan kesibukan masing-masing dengan handphonenya.
Kemerosotan moral atau yang lebih akrab ditelinga kita dengan istilah ‘dekadensi moral’ sekarang ini tidak hanya melanda kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar yang menjadi generasi penerus bangsa. Orang tua, guru, dan beberapa pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku di luar batas kesopanan dan kesusilaan, bergaya hidup bebas, konsumtif dan tidak memiliki solidaritas dan kepekaan sosial melanda sebagian besar remaja kita.
Jika dekadensi moral ini tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan terjadi kerusakan moral ditengah-tengah masyarakat terutama dikalangan pelajar dan ini akibatnya sangat berbahaya karena pelajar merupakan generasi penerus yang akan berkiprah membangun bangsa dimasa yang akan datang.
Berbagai analisis dan pendapat ahli menyebutkan bahwa pendidikan terutama pendidikan agama merupakan unsur terpenting yang dapat mengatasi setidaknya mengurangi dekadensi moral yang melanda masyarakat.
Peran masyarakat khususnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangatlah diharapkan dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang mendorong berkembangnya dunia pendidikan dan menyebarnya pendidikan-pendidikan agama ditengah-tengah masyarakat.
____________________________________________________________________________________________________
Pemerintah daerah terus menunjukkan komitmen mendukung perkembangan lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren di wilayah Kabupaten Sumbawa.
Pagi tadi, Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah, melakukan kunjungan langsung ke lokasi pembangunan Ponpes Assalam di kawasan Olat Rawa, Kecamatan Moyo Hilir. Pembangunan Ponpes yang berada di bawah naungan Yayasan Assalam Nusantara ini disambut baik Bupati.
Ia menyebut kunjungannya ini sekaligus untuk memastikan seluruh proses pembangunan yang telah berlangsung sejak Januari 2020 yang lalu ini berjalan lancar.
Bupati memahami betul, di era ini, upaya pondok pesantren untuk mengembangkan ilmu keislaman dan moralitas luhur, cenderung dicurigai dan sering diasosiasikan sebagai predikat yang dapat menimbulkan kesalahpahaman, seperti fundamentalisme, ekstrimisme, radikalisme dan bahkan terorisme. Karena itu, menurutnya, merupakan tantangan besar bagi pondok pesantren untuk meluruskan stigmatisasi negatif tersebut.
Lebih lanjut Bupati juga mengingatkan agar pondok pesantren harus kembali menekankan karakter dasarnya sebagai lembaga keagamaan dengan karakteristik yang pluralis, berwatak kerakyatan dan kebangsaan. T
erakhir, Bupati berpesan agar nantinya Ponpes Assalam dapat mengaktualisasikan perannya dalam membantu pemerintah daerah mewujudkan pembangunan karakter generasi Tana’ Samawa berlandaskan falsafah hidup tau samawa, yakni Takit Ko Nene Kangila Boat Lenge.Sementara itu, Pendiri Ponpes Assalam, Dr. Sahrul Salam, dalam keterangan persnya mengatakan dalam waktu dekat, Ponpes Assalam akan menerima 20 santri nonformal. Ia juga mengungkapkan, dengan desain pesantren salaf tradisional, Ponpesnya akan mengajarkan materi Bahasa Arab, kitab kuning, dan tahfid Quran. (KH74)