Sumbawa Besar, Rumah Informasi Samawa.com – Waktu terus berjalan, masa penantian berhari-hari hingga berbulan-bulan ia lalui setelah menanam jagung dilahan miliknya dan juga ada yang di sewanya sebagian dari orang lain, dengan modal nekat dan kerja keras akhirnya berbuah manis, kini saatnya masa panen tiba, Ruslan alias Slank seorang petani jagung yang bertempat tinggal di Dusun Padak Desa Labuhan Sumbawa, kebetulan sudah beberapa tahun menekuni pekerjaannya sebagai petani jagung, lokasi lahannya di Tanjung Menangis dengan luas 7 Ha, rupanya dari hasil kerja keras yang selama ini ia lakukan cukup menggembirakan karena hasil jagung yang ia dapatkan + 60 Ton. Menurutnya hasil yang ia dapatkan memang cukup lumayan jika dibandingkan dengan tahun lalu, agak berkurang hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama tikus yang cukup banyak sehingga banyak jagung yang saat di panen bijinya berkurang bahkan kosong dalam tongkolnya karena dimakan tikus. Upaya pemberantasan hama tikuspun sudah dilakukan dengan memberikan racun serbuk yang di campur dengan makanan telah dilakukan bahkan ada juga racun yang berbentuk butiran telah dicobanya juga namun itu tak membuat tikus mati semua tetapi malah saya merasa kewalahan untuk membasminya.
“Berangkat dari pengalaman tahun lalu” ungkap Ruslan, “saya mencoba kembali menanam jagung, dengan memilih bibit lain yang lebih unggul sebanyak tiga jenis”, lanjutnya. “kemudian saya tanam dengan system mencampur ketiga jenis tersebut” tambahnya. hal ini dilakukan dengan maksud agar panennya lebih meningkat dalam arti jika salah satu bibit jagung tersebut tidak maksimal menghasilkan buah berkualitas, maka akan ditunjang oleh jenis bibit lain yang menghasilkan buah lebih baik.
Selain itu system pengolahan tanah dan cara penanaman dengan alat penanaman yang lebih peraktis ( gledek), akan memberikan hasil tumbuh lebih merata tanpa ada yang kelihatan bolong tumbuh. Juga dalam penanaman, seorang atau beberapa orang yang terlibat dalam melakukan penanaman harus peka dan teliti agar tidak ada yang terlewati jarak tanam saat menanam.
Kembali lagi ke waktu panen, “memang saya akui bahwa pada saat panen tiba, sebagai petani jagung sedikit mengalami kendala, tarutama yang menyangkut tenaga untuk panen yang masih kurang bahkan didatangkan dari desa lain” jelas Ruslan, “alasannya karena tenaga yang ada, dipakai ditempat lain, sehingga kalau terlambat atau lama di beritahukan/dipesan, maka jangan harap untuk dapat kita ajak panen di lokasi yang kita miliki karena sudah diajak duluan oleh orang lain sampai selesai panennya disana” tambah Ruslan. “Maklum disini belum ada orang yang menggunakan mesin panen jagung” ungkapnya. “walaupun demikian, Alhamdulillah saya sudah selesai panennya dan kemarin jagung saya sudah ditimbang dan uangnya sebagian sudah di simpan di bank dan sebagian lagi buat biaya sekolah anak-anak dan kebutuhan keluarga lainya” akhirnya sambil berlalu tersenyum meninggalkan tempat duduknya. (manaja)