Sumbawa Besar, Rumah Informasi Samawa.com – Masjid Agung Nurul Huda yang kini berdiri megah di pusat Kota Sumbawa Besar, dulunya semasa kami kecil lebih dikenal dengan sebutan Masjid Jami’ atau Masjid Makam. Masjid yang merupakan Masjid Kesultanan Sumbawa ini berdiri bersebelahan dengan Istana Kesultanan Sumbawa, Istana Tua “Dalam Loka”.
Sebagai Masjid Kesultanan, Masjid Agung Nurul Huda dibangun di dalam komplek istana Dalam Loka Kesultanan Sumbawa. Posisi masjid Agung sendiri berada di sebelah barat bangunan istana Dalam Loka, dengan pintu utama masjid menghadap langsung ke istana Dalam Loka dan tidak menghadap ke jalan raya.
Masjid yang sudah mengalami beberapa kali pemugaran ini, bangunannya sendiri hampir sama seperti bangunan masjid-masjid kesultanan lainnya yang ada di Nusantara. Hanya saja pada waktu pemugaran terakhir, masjid Agung Nurul Huda sudah dilengkapi dengan dua menara kembar yang mengapit bangunan masjid dan ditopang oleh pilar-pilar beton bundar yang membuatnya terlihat sangat kokoh dan megah.ditambah lagi penggunaan material kaca pada pintu dan jendela membuat masjid ini terkesan modern mengikuti zaman dengan tidak meninggalkan sisi dan nilai sejarahnya.
Dalam sejarahnya masjid ini sudah ada sejak tahun 1648 M seiring dengan berdirinya Kesultanan Sumbawa walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana, namun demikian kejadian luar biasa meletusnya gunung Tambora pada tahun 1885 silam telah menyebabkan kesultanan kehilangan dokumen yang bisa menjadi rujukan sejarah bagi masjid ini. Untungnya masih ada satu dokumen yang bisa dirujuk yaitu mimbar masjid yang masih tersisa yang saat ini ada di Museum Daerah tertulis 1299H/1878M.
Pada masa Sultan Sumbawa yakni Dewa Mas Pamayam yang juga disebut Mas Cini (1648 – 1668) sudah ada mesjid di lingkungan Kesultanan, meskipun bentuknya sederhana. Ajaran islam mulai kuat di sumbawa yakni pada masa Harun Al-Rasyid I (1675 – 1702), di lokasi tersebut ada Makam sehingga dinamakan “Mesjid Makam”. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua sultan sumbawa yang dimakamkan di lokasi mesjid Jami tersebut, yakni makan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (1883 – 1931) bersama permaisurinya, dan Makam Sultan Muhammad Kaharuddin III (1931 – 1958) bersama permaisurinya. “lokasi Kesultanan Sumbawa tersebut ada Makam, Mesjid, dan Istana Dalam Loka yang berada dalam satu lingkungan.
Pada tahun 1931 Mesjid Makam sempat dilakukan rehab rehab kecil, namun yang terlihat sekarang ini sudah dilakukan rehab total yakni pada masa pemerintahan Yakub Koeswara selaku bupati sumbawa (1989 – 1999), mesjid lama dirobohkan dan dibangun mesjid baru, yang sekarang ini diberi nama Mesjid Agung Nurul Huda Sumbawa.(KH74)