Sumbawa Besar, RumahInformasiSamawa.com – Dulu, masyarakat Sumbawa mempunyai kebiasaan cuci tangan dan kaki sebelum naik ke atas rumah ( karena rumah asli di Sumbawa adalah rumah panggung). Setiap rumah wajib menyediakan tempayan atau gentong atau disebut “Bong” Sebagai wadah air tersebut.
Menurut cerita orang-orang tua kami, di rumah tempat mengaji setiap murid punya kewajiban untuk mengisi “Bong” dulu untuk digunakan sebagai air wudhu sebelum memulai kegiatan mengaji. “Bong” itu sendiri adalah gentong yang sudah dibuatkan lubang kecil sebagai tempat air dialirkan. Bong ditempatkan diatas kayu yg bercabang disebut “pampang” dan diletakkan di depan rumah disamping tangga.
Karena perkembangan zaman, entah sejak kapan pastinya bong sudah mulai ditinggalkan, tidak lagi kita temui atau sangat sulit kita dapati rumah-rumah masyarakat yang masih menjadikan bong sebagai tempat cuci tangan dan kaki sebelum masuk rumah.
Kebiasaan baik yang ditinggalkan oleh para pendahulu kita, pata orang tua kita ini kini mulai dirindukan kembali, wabah pandemi covid 19 yang melanda hampir seluruh belahan bumi mendorong masyarakat kembali mengamalkan hidup bersih dan sehat dengan selalu mencuci kai dan tangan sebelum masuk rumah.
kita dapati didepan toko, rumah makan perkantoran bahkan tak terkecuali rumah-rumah masyarakat saat ini terdapat tempat cuci kaki dan tangan walaupun dengan menggunakn peralatan yang lebih modern namun fungsinya sama persis dengan bong yang ada dizaman orang tua kita dahulu.
Desa Kerekeh sebagai desa yang akan mengikuti Lomba Kampung Sehat NTB merupakan perwakilan dari Kecamatan Unter Iwes, menggunakan momen lomba untuk kembali kepada kearifan lokal.
Masyarakat bersepakat untuk menggunakan Bong sebagai salah satu protokol kesehatan pencegahan Covid 19. Bahu membahu berbagai komponen masyarakat dan Mitra – Babinsa dan Babinkamtibmas – menyiapkan Bong yang akan ditempatkan dirumah masing-masing dengan sudah dicat berbagai warna sehingga lebih cantik dan menarik. Ternyata, kearifan lokal yang sejak dulu ditanamkan oleh para tetua tidak hanya sebagai simbol, melainkan mempunyai makna yang sangat dalam dan tetap relevan sampai dengan saat ini. (EvS)