Sumbawa, RumahInformasiSamawa.com – Amaq Sahur, marbot masjid kampung kami, nampak termenung di bibir jendela masjid yg sedang dibangun. Entah apa yg ada dalam pikirannya. Saya coba menerka2, beliau mungkin sedang takjub dengan kemegahan masjid baru, atau membayangkan beban tanggungjawab yg lebih besar. Sebab selama ini beliau mengurus sekaligus menjadi muazzin di masjid lama yg luasnya hanya 5 x 8 M, ke depan akan mengurus masjid yg lebih besar seluas 16 x 21 M.
Giliran saya yg tercenung, menjadi marbot di usia setua beliau, Jalan saja sudah tertatih2, lebih sering dibonceng sepeda motor oleh cucunya bolak balik dari rumah ke masjid setiap datang waktu shalat. Suara azannya walau dengan semangat yg tetap sama, tapi berbeda jauh powernya dengan 4 atau 5 tahun yg lalu. Berat, parau dan terengah-engah.
Pernah suatu saat, saya coba menanyakan, “selama ini ada tunjangan dari pemerintah amaq ?”, sambil memilin rokok jontal kesukaannya, beliau dengan tawa khas menjawab, “pernah, dulu sekali, terus beberapa tahun ini tidak ada lagi”. Tidak ada keluhan, menerima seadanya, kesan itu terlihat dari wajahnya yg selalu tersenyum.Jadi selama ini, amaq hanya hidup dari pemberian beras warga setiap hari Kamis.
Ya, Kami hafal sekali, setiap kamis pagi, kalo ada suara salam panjang di pintu pagar, itu Amaq Sahur. Buru2 pemilik rumah – biasanya anak2 -, keluar membawa segelas atau semangkuk beras, kemudian beliau selalu mendoakan si pemberi beras : “ajarakallohu fima a’thaita waj’alahu laka thahura wabaraka fima abqaita, selamat panjang umur, murah rezeki, tetap sehat, usaha lancar, diberi rezeki makmur dan halal, selamat dunia akhirat, jadi anak yg saleh dan saleha, tercapai cita2nya, berguna bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa” ( anak2 saya sampai hafal doa ini).Jumlah KK di Telaga Baru, kampung kami sekitar 300, saya yakin Amaq tidak sanggup mendatangi semuanya, buktinya rutinitas itu dilakukan hanya hari Kamis, hanya pagi sampai menjelang Dzuhur.
Belakangan ini karena tidak lagi kuat memikul beras sumbangan warga, beliau mendorong sepeda kecil warna pink entah pinjam punya cucunya atau dari mana. Wadah beras diletakkan di keranjang sepeda itu. Setiap 4 atau 5 rumah, beliau duduk istirahat, mengumpulkan tenaga untuk lanjut ke rumah berikutnya.
Amaq Sahur tidak punya pekerjaan sampingan, kalaupun ada, berat bagi orang seusia beliau.Lalu saya searching2 di Google dengan kata kunci “Tunjangan Marbot daerah Sumbawa”Hanya ada sebuah berita :Sumbawa, PSnews – Ratusan penyuluh agama Islam, imam dan marbot masjid besar Kecamatan, serta guru TPQ mendapatkan insentif dari Pemda Sumbawa. Itu dilakukan guna meningkatkan kompetensi dan kapasitas mereka, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang relligius dan berakhlaq mulia menuju Sumbawa hebat dan bermartabat.
Sayangnya itu berita lama, tgl. 3 Maret 2018 dan marbot penerima tunjangannya pun hanya marbot di masjid besar kecamatan.Semoga diantara yg terjangkau tulisan inii ada Dewan Masjid Kab. Sumbawa, pejabat KUA atau pejabat pemerintah. Agar menunjukkan perhatiannya dan memikirkan nasib marbot2 di kampung2 seperti Amaq Sahur.
(Warga Telaga Baru, Desa Dalam Alas, 5 Sept. 2020)
Wahyudin samawa