Sumbawa, RumahInformasiSamawa.com – “Jangan main di hutan nanti diculik Baki”, begitu kata orang2 tua dulu. Kalau ada orang kesasar atau hilang di gunung, itu karena ulah Baki. Bagaimana rupa makhluk itu kita tidak pernah tahu. Hanya cerita dan gambarannya saja, hitam berbulu, bertubuh pendek, tidak memiliki belahan vertikal di antara bawah hidung dan bibir serta memiliki kaki yg terbalik.
Dalam pemikiran anak2, Baki sebangsa makhluk setengah hewan setengah manusia, dan suka menculik anak kecil untuk dibawa ke alam mereka.
Sampai sekarang, Baki menjadi misteri, apakah memang betul2 ada atau hanya karangan orang2 tua dulu untuk menakut- nakuti anak kecil saja agar tidak main terlalu jauh ?, Soalnya tidak pernah ada pembuktian visual meyakinkan tentang keberadaannya.
Ternyata, mitologi mahkluk hitam bertubuh pendek dan larinya gesit ini, memiliki kesamaan dengan daerah2 lain.
Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat percaya akan adanya Orang Bunian. Ciri-ciri fisiknya sama dengan uraian di atas. Di pedalaman Sumatera, masyarakat menyebutnya Guagua. Di gunung Sebalat, Kawasan Taman Nasional Kerinci, masyarakat menyebutnya Uhang Pandak (orang pendek). Sedang di Bengkulu disebut Sebabah. Di Kawasan Meru Betiri, Jawa Timur, sosok manusia kerdil ini disebut Siwil.
Kita ke Kalimantan bagian Barat, urban legend di sana lebih kuat lagi. bahwa Bunian dianggap sebagai suku makhluk gaib penjaga gunung.Fenomena ini semakin menguatkan bahwa setiap gunung/hutan di setiap daerah memiliki legenda sendiri.Kok, kepercayaan kolektif masyarakat tentang mahkluk ini mirip2 ya ?
Rupanya rasa penasaran akan teka teki makhluk kate yg dipercaya ada di berbagai daerah ini mendorong sejumlah peneliti dalam dan luar negeri, untuk melakukan research. Tidak ketinggalan tim2 pemburu misteri pun melakukan ekspedisi.
Namun sampai detik ini, teka teki tentang keberadaan mahkluk ini belum terjawab, belum ada bukti kuat yg dapat memastikan apakah mahkluk ini astral atau humanoid.
Pun sejauh ini tidak pernah ada laporan yang mengabarkan, bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad mahkluk ini.
National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Uhang Pandak di Gunung Kerinci, Jambi. Bahkan, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian untuk menguak misteri yg telah diceritakan pertama kali dalam catatan penjelajah, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia.
Berbagai penelitian yg dilakukan belum mampu menjelaskan misteri ini. Para ilmuwan akhirnya berkesimpulan, walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos belaka, seperti halnya “Yeti” di Himalaya dan monster “Big Foot” di Kanada dan Amerika Utara. Atau kaum hobbit dalam komik H. C. Andersen dan film box office “Lord of The Ring”.
Sebuah video viral tentang pertemuan tak sengaja antara sekelompok penghobby motor trail dan suku Mante – yg punya ciri2 sama dengan sosok misteri di atas – di Aceh baru-baru ini, menghebohkan publik. Spekulasi kembali menyeruak. Suku Mante yg bertubuh pendek dan berlari dengan sangat cepat, dikait2kan dengan Bunian atau Uhang Pandak. Dan diyakini memilih hidup terisolir di hutan. Sebagian Ilmuwan mengatakan suku Mante dan Sakai di Sumatera tergolongkan ke dalam Proto Melayu, gelombang migrasi pertama yg masuk ke Nusantara sekitar 3000 -1500 SM.
Satu lagi, faktor yg memperkuat dugaan kebenaran adanya manusia hobbit, yaitu penemuan fosil manusia Pygme di Liang Bua, Flores pada tahun 2004, yang ditaksir berasal dari 18.000 tahun yang lalu. Fosil berjenis kelamin perempuan berusia 30 th ( disebut Mama Flo) ini memiliki struktur anatomi tubuh seperti manusia, cuma tingginya hanya 1 meter, dan yang mengejutkan volume otak hanya 380 Cc, bandingkan dengan otak Simpanse 400 Cc, jauh sekali dibawah Homo Sapien yg volume otaknya 1400 Cc.
Penemuan oleh Peter Brown dan Mike Morwood ini menimbulkan kehebohan di dunia sains. Karena fosil ini berbeda sekali dengan fosil manusia purba sebelumnya. Kesaksian masyarakat Flores mengatakan bahwa manusia pendek yg dinamakan Ebu Gogo (nenek moyang) ini benar2 ada, mereka hidup di hutan dan sering terlihat oleh masyarakat, namun karena sering mencuri makanan penduduk, dan mencoba menculik bayi, sehingga dianggap berbahaya, dan akhirnya diburu dan dimusnahkan.
Nah, apakah Baki di Sumbawa serupa dengan Mante, Uhang Pandak, Siwil, Sebabah, Bunian, atau Ebu Gogo di Ruteng Flores, NTT ? Mengingat Sumbawa dan NTT hanya berbatas selat, maka alur migrasi adalah sebuah kemungkinan, dan apakah benar2 ada, benar2 manusia, tapi memilih mengisolir diri di hutan yg jauh dari jangkauan masyarakat ?silahkan berteoriWallahualam bissawab.( WD. 7 Agustus 2020)
Wahyudin Samawa