Sumbawa, RumahInformasiSamawa – Bu dokter, Bu bidan, mbak2 perawat dan seluruh tenaga medis yg sedang berjuang di garis depan medan pertempuran Covid – 19,
Di moment Hari Kartini ini, kami ingin menyampaikan bahwa anda layak sebagai pahlawan,Kartini berjuang untuk harkat perempuan di Rembang dan Jepara,Kalian berjibaku bertaruh nyawa di seluruh pelosok negeri berjuang menyelamatkan jutaan orang dari sebaran wabah mematikan ini.
Pertempuran ini lebih mengerikan dari pertempuran Douglas Mac Arthur atau Napoleon, Karena anda melawan musuh yg tidak terlihat. Banyak yg gugur justru tertular dari pasiennya sendiri. Betapa pilu kisah dr. Hadio Ali Kazatsin ditengah masa karantinanya, beliau menyempatkan untuk pulang menjenguk keluarga kecilnya, namun hanya bisa berdiri diluar pagar, memandang anak2nya yg berdiri jauh di pintu rumah. Dan ternyata itu adalah pertemuan terakhir mereka, sebelum beliau meninggal karna terpapar dari sejumlah pasien Corona yg dirawatnya.
Lalu ada seorang petugas Covid – 19 terpaksa membungkus anaknya dengan kantong plastik besar, agar bisa memeluk melepaskan kerinduan. Kalian adalah pahlawan2 kemanusiaan.Indonesia…….., kalo kita memenangkan pertempuran ini, jangan lupakan jasa2 mereka.
Kami lockdown, tapi masih bisa ketawa ketiwi dg keluarga, bahkan sambil tiktokkan, facebukkan, whatsappan, maen challenge2,Disaat yg sama kalian bersimbah keringat dalam APD, tameng utama dari virus dan berminggu2 memendam rindu bertemu keluarga
Kami matching2in masker yg serasi dg baju, sementara sebagian kalian terpaksa memakai APD dari jas hujan dan kantong kresekKami bisa milih menu makan siang pake sayur lodeh atau tumisan, Sementara kalian makan, minum tidak bisa, bahkan harus nahan pipis 5 sampai 10 jam, sampai pergantian shift Karna phobia virus, ada tenaga medis yg diusir dari kosnyaBahkan ada jenazah perawat yg gugur dalam tugas saat akan dimakamkan, ditolak oleh warga, kan durhaka ini namanya.
Sayangnya, usaha keras kalian yg penuh pengorbanan, upaya pemerintah yg gencar utk memutus rantai penyebaran virus ini akan SIA – SIA belaka, kalo orang2 tetap melanggar Social/Phisical Distancing. Melanggar aturan pembatasan yg telah ditetapkan.Coba liat, masyarakat masih saja berkerumun, ngumpul2 tanpa masker, seolah2 nggak terjadi apa2, padahal kita tidak tahu dari mana datangnya virus ini.Jangan sangka orang yg kelihatan sehat (OTG) bisa saja menjadi pembawa virus, dan ini yg paling sulit dideteksi.
Riwayat orang yg terkena, melalui interaksi sangat sederhana, seperti jabat tangan, orang bersin, atau kita menyentuh benda yg sudah dihinggapi virus. Malah kata WHO uang kertas juga menjadi media penyebaran. Lalu mereka pulang ke rumahnya, menulari orang2 terdekat, istri/suami, anak2nya, tetangga, dst.
Maka percayalah, Paramedis akan kewalahan, Rumah Sakit tidak akan mampu menampung. Dan kita akan menyerah pada kematian.
Belajarlah dari Italia dan Ekuador.Berat memang pertempuran ini,Menangani orang2 yg terpapar, mencegah penularan, ditambah lagi memberi pemahaman kepada orang2 yg sulit faham (bebal),Masa harus dirotan kaya’ polisi di India ?Tim Medis itu cuma mohon, “just stay at home, biar kami yg bekerja”Terima kasih kami sepenuh langitMaafkan kami ……semoga kalian tetap sehat dan kuat. Hanya kepada Allah dan kalian kami menggantungkan harapan.(21 April 2020)
Wahyuddin Samawa