Sumbawa, RumahInformasiSamawa.com : Matahari tepat di atas kepala, simbah peluhmu di bawah topi caping, Petani penopang hidup bangsa, Meneruskan wasiat para leluhur, merawat Padi seperti anak sendiri, menyingkirkan hama dan gulma yang mengganggu, menabur harapan pada pokok Padi yang sehat berisi,
Berharap untung di panen raya, Namun apa hendak dikata, harga anjlok di pasaran, Kata pengepul : Panen berlimpah ruah, Petani hanya bisa pasrah, sambil mengipas-ngipas topi capingnya,
Di atas pematang Petani berhitung, Utang pupuk belum lunas, Cukupkah stok untuk makan keluarga sampai panen berikutnya,
Terjadi lagi, datang beras impor, katanya beras premium, tapi begitu masuk pasar, dijual dengan harga di bawah harga beras lokal,
Petani merasa dikhianati, Katanya beras berlimpah, lalu kenapa mengimpor beras, Kemana stok nasional yang katanya surplus,,
Petani tidak tahu menahu soal permainan kartel dan mafia pangan, Siapa yang mengambil keuntungan dari selisih harga beras impor dan beras lokal, Petani tidak faham divergensi supply dan demand, Mereka hanya tahu, musim tanam segera tiba, sudah saatnya mulai lagi menabur benih,
Sementara tubuhnya semakin kurus, Nasib petani yang menjadi buruh di lahan sendiri,
WahyuddinSamawa
Foto oleh Okka Supardan (Komunitas Fotografi Indonesia)Lokasi terasering Panyaweuyan – Argapura – Majalengka