Sumbawa Besar – Rangkaian kegiatan menyemarakan festifal Moyo terus dilaksanakan diberbagai tempat. Seluruh lapisan masyarakat dimasing-masing kecamatan berlomba-lomba membangkitkan kembali budaya warisan masa lalu sebagai bentuk apresiasi terhadap keberadaan para pendahulu tau samawa.
Kecamatan Maronge merupakan salah satu kecamatan yang turut ambil bagian dalam menyemarakan kegiatan festival pesona moyo tahun ini dengan menggelar kegiatan prosesi adat marantok 1001 deneng.
Camat Maronge dalam laporannya pada pembukaan kegiatan tersebut menyampaikan, bahwa nilai penting yang dapat diambil dari festival tersebut adalah selain sebagai wadah silaturrahim, juga untuk pengenalan pengolahan padi kepada generasi saat ini, serta kerjasama (gotong royong) sesama keluarga dan tetangga.
“prosesi kegiatan adat Marantok 1001 Deneng tersebut sejak Tahun 2016 dibangkitkan kembali secara besar-besaran yang diprakarsai oleh Sanggar Seni Senda Samawa Kecamatan Maronge”.terang Camat Maronge Lukmanuddin, S.Sos.
Pembukaan Festival Rantok 1001 Deneng pada tahun ini ditandai dengan Pemukulan Rantok oleh Bupati Sumbawa didampingi oleh Staf Ahli Kementerian Pariwisata RI Taufik Rahsen, Budayawan Senior Slamet Rahardjo dan Adi Pranajaya, Anggota Forkopimda, Sekretaris Daerah Kab. Sumbawa, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Kab. Sumbawa pada Senin sore (2/10/2017) di Lapangan Sepak Bola Desa Maronge.
Dalam sambutannya Bupati menyampaikan bahwa rantok dan deneng merupakan simbul masyarakat agraris, sehingga selain sebagai alat penumbuk padi, fungsinyapun dijadikan sebagai pertanda untuk mengumpulkan masyarakat pedesaan, dan dijadikan simbul kosmos ketika terjadi gerhana bulan.
Bupati juga menyampaikan bahwa tabuhan rantok bertalu lalu adalah pesan untuk menghormati alam dan lingkungan, “rantok dibuat dari kayu dan deneng dibuat dengan bambu, kayu dan bambu harus dilestarikan secara berkesinambungan” terang Bupati.
sebagai pemenuhan kebutuhan kebudayaan dan tradisi masyarakat sumbawa secara keseluruhan. Nilai-nilai luhur yang tersirat itu diharapkan dapat menjadi semangat dalam menata kehidupan sosial kemasyarakatan untuk mewujudkan pembangunan di Kabupaten Sumbawa yang Hebat dan Bermartabat.
“Sehingga saya memandang kegiatan festival rantok 1001 deneng ini sebagai bagian dari upaya kita bersama dalam mempertahankan tradisi budaya daerah di tengah derasnya arus globalisasi. Kita menyadari betapa pentingnya memelihara nilai-nilai luhur budaya kita dalam rangka memperkokoh jati diri kita sebagai tau samawa. Kultur sosial budaya masyarakat kita harus terus dipelihara dimana hal tersebut akan sangat mendukung pelaksanaan pembangunan daerah melalui pendekatan kearifan local,” ujar Bupati
Bupati berharap penyelenggaraan kegiatan tersebut bisa benar-benar menjadi milik masyarakat sehingga timbul kecintaan terhadap seni dan budaya samawa, dan pada akhirnya memberi dampak positif bagi peningkatan karakter masyarakat sumbawa yang akan mendukung pebangunan daerah dan bangsa, mengingat sumbawa telah menjadi anggota dari jaringan kota pusaka indonesia, yang di dalamnya bertujuan untuk melestarikan pusaka alam dan juga pusaka budaya yang menjadi modal dasar bagi pembangunan di masa depan, sehingga kultur budaya masyarakat sumbawa dalam segala segi harus tetap dilestarikan.
“Kultur budaya kita kental dengan nilai-nilai keislaman yang sangat luhur, yaitu “adat barenti ko sara’, sara’ barenti ko kitabullah” dan memiliki falsafah “taket ko nene, kangila boat lenge”. Dengan nilai-nilai tersebut para orang tua kita dahulu dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikap sesuai dengan norma dan lingkungannya, serta mampu mengembangkan potensi dan prilakunya dengan baik. Hal-hal inilah yang ingin kita tularkan kepada generasi muda sumbawa. Dengan demikian akan tumbuh semangat saling beri, saling pendi, saling satingi, ke saling satotang dalam sanubari kita yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam masyarakat kita. Jika hal tersebut dapat terwujud, hal-hal yang merusak tatanan dan juga lingkungan kita dapat dihindari,” pungkas Bupati. (KH74)