Sumbawa, RumahInformasiSamawa.com – Kabupaten Sumbawa yang lebih akrab ditelinga kita dengan sebutan tana samawa, memiliki banyak peninggalan sejarah yang menunjukan bahwa tanah ini dulunya pernah ditinggali oleh orang-orang besar yang telah memberikan kebanggaan tersendiri bagai masyarakat dan tau samawa. Beberapa peninggalan diantaranya yang masih berdiri tegak dan dapat disaksikan serta digunakan sampai hari ini adalah Istana Dalam Loka, Bala Kuning, Masjid Agung Nurul Huda, Istana Dalam Pekat dan terakhir Istana Bala’ Puti yang beberapa waktu lalu tetimpa musibah terbakar total yang meninggalkan kesedihan dan duka mendalam bagi masyarakat dan tana samawa.
Beberapa pemuda yang tergabung dalam komunitas Sumbawa Cinema Society (SCS) yang memiliki kepedulian akan terlestarikannya sejarah Sumbawa, melakukan kerjasama dengan Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memprakarsai produksi film documenter tentang sejarah Bala’ Puti.
Fiolm documenter yang diberi judul Elegi Bala’ Puti ini di putar perdana pada Rabu malam (6/12) bertempat di Gedung Wanita Sumbawa Besar, diawali dengan penampilan tarian liser panotang dari Sanggar Seni Nagan Desa Pelat Kec. Unter Iwes, Pemutaran Perdana Film Sejarah Lokal Sumbawa Elegi Bala’ Puti dihadiri dan disaksikan oleh Bupati Sumbawa diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Kab. Sumbawa Dr. H. Muhammad Ikhsan, M.Pd, Kepala Kejaksaan Negeri Sumbawa, Ketua Lembaga Adat Tana Samawa, Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Ketua KPU, Kepala Pertamina Depot Badas, generasi muda yang tergabung dalam komunitas Sumbawa Cinema Society (SCS).
Bupati Sumbawa melalui Asisten Pemerintahan dan Kesra menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada generasi muda yang tergabung dalam komunitas Sumbawa Cinema Society (SCS), atas terselenggaranya kegiatan yang sangat menarik, membanggakan sekaligus bermanfaat ini. “Kami sangat mengapresiasi karya-karya perfilman dari komunitas SCS ini, terlebih film “Elegi bala puti” ini merupakan dokumen sejarah Sumbawa yang harus diketahui terutama oleh masyarakat Sumbawa sendiri” ujarnya. Hal ini sebagai upaya penguatan sejarah sekaligus penguatan karakter dan jati diri kita sebagai tau Samawa. Karena sebelum kita mempelajari sejarah nasional, tentu kita harus mengenal dan mempelajari sejarah daerah kita terlebih dahulu. Dan saya percaya, Insya allah film “Elegi bala puti” ini nantinya akan mampu menggambarkan secara utuh tentang sejarah “Bala Puti” atau yang populer kita kenal dengan nama Wisma Praja,” ungkap Bupati.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Kaharuddin III, Wisma Praja merupakan kantor terakhir beliau sebelum pindah ke “Bala Kuning”. Setelah masa kesultanan berakhir, Wisma Praja masih tetap digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan bahkan telah terdaftar sebagai cagar budaya, sampai akhirnya pada tanggal 11 juli 2017 lalu, bangunan bersejarah yang menjadi salah satu ikon Kabupaten Sumbawa, hangus terbakar dilalap si jago merah. Kejadian ini tentunya meninggalkan duka yang mendalam bagi pemerintah dan juga masyarakat Sumbawa. Namun, saat ini pemerintah daerah melalui dinas terkait tengah melakukan restorasi yakni membangun kembali bala puti ini seperti keadaan semula, yang anggarannya bersumber dari APBD Kabupaten Sumbawa.
Diakhir sambutannya Bupati berharap, pemutaran perdana film ini dapat menginspirasi seluruh masyarakat tentang pentingnya sejarah sebagai cermin masa depan, dan mudah-mudahan film ini juga sekaligus dapat memotivasi para generasi muda untuk terus berkarya melalui medium film, sehingga film dokumenter “Elegi bala puti” ini akan menjadi tontonan yang menarik sekaligus mendidik, karena sarat dengan pesan-pesan moral dan juga sejarah lokal yang berguna bagi penguatan karakter dan jati diri ke-Samawaan.
Sementara itu, Ketua LATS Iskandar. D, M.Ec.Dev dalam sambutannya menyatakan sebagai komunitas film pertama di Sumbawa yang telah berdiri sejak tahun 2014 lalu, tentunya SCS sudah cukup berpengalaman, baik dalam hal produksi film-film dokumenter, maupun dalam hal networking atau berjejaring dengan komunitas film di seluruh Indonesia, termasuk apresiasi film melalui berbagai kegiatan pemutaran dan diskusi film. Diharapkan generasi muda dapat melestarikan adat istiadat tidak hanya dengan mengangkat adat istiadat etrsebut, tetapi dapat mengembangkan adat dan kebudayaan Samawa.
Film documenter yang mengangkat kisah “bala’ puti” yaitu Istana Kesultanan Sumbawa yang menjadi kediaman dan pusat pemerintahan Sultan Muhammad Kaharuddin III dari tahun 1931 sampai 1958. “film dokumenter sejarah lokal sumbawa ini berjudul “Elegi bala puti” merupakan hasil karya dari sutradara Yuli Andari Merdikaningtyas” terang Reni Suci selaku manajer produksi ketika melaporkan seluruh proses terlaksananya kegiatan ini. “Film dokumenter ini sendiri merupakan hasil produksi dari komunitas Sumbawa Cinema Society (SCS) bekerjasama dengan Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia” tambahnya sambil menyudahi laporannya. (KH 74)